Retensio plasenta
a)
Definisi
Retensio plasenta merupakan salah satu
penyebab perdarahan pada ibu bersalin. Retensio plasenta pada ibu
bersalin dapat dipengaruhi oleh usia dan paritas ibu. Usia yang dapat berisiko
mengalami retensio plasenta adalah kurang dari 20 tahun dan lebih dari
35 tahun. Sedangkan paritas yang dapat berisiko mengalami retensio plasenta adalah
grandemultigravida. Menganalisis hubungan antara usia dan paritas dengan
kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin di RSUD Banjarnegara Tahun
2011. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan case
control. Populasi penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang mengalami retensio
plasenta dan ibu bersalin normal. Sampel kasus sebanyak 92 ibu bersalin
dengan retensio plasenta, sedangkan sampel kontrolnya adalah 92 ibu
bersalin tidak retensio plasenta. Instrumen penelitian menggunakan
lembar observasi. Metode analisa data menggunakan uji Chi Square. Usia
ibu bersalin sebagian besar tidak beresiko sebanyak 124 orang (67,4%). Paritas
ibu bersalin sebagian besar tidak beresiko sebanyak 172 orang (93,5%). Ada
hubungan antara usia dengan kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin
di RSUD Banjarnegara Tahun 2011 (p = 0,028). Ada hubungan antara paritas
dengan kejadian retensio placenta pada ibu bersalin di RSUD Banjarnegara
Tahun 2011 (p = 0,017).
b)
Etiologi
1. Fungsional:
a. His kurang kuat(penyebab terpenting)
b. Plasenta sukar terlepas karena
tempatnya( insersi disudut tuba);bentuknya (plasenta membranasea,plasenta
anularis); dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil),
Plasenta yang sukar
lepas karena penyebab diatas disebut plasenta adhesiva.
2. Patologi-anatomi
a. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot
korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
b. Plasenta inkerta adalah implantasi
jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki miometrium.
c. Plasenta perkreta adalah implantasi
jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan
serosa dinding uterus.
d. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang
kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme
separasi fisiologis
e. Plasenta inkarsereta adalah tertahannya
plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
Gambaran
dan dugaan penyebab retensio plasenta
Gejala
|
Separasi/akreta parsial
|
Plasenta inkarsereta
|
Plasenta akreta
|
Konsistensi uterus
|
Kenyal
|
Keras
|
Cukup
|
Tinggi
fundus
|
Sepusat
|
2
jari bawah pusat
|
Sepusat
|
Bentuk
uterus
|
Diskoid
|
Agak
globuler
|
Diskoid
|
Perdarahan
|
Sedang-banyak
|
Sedang
|
Sedikit/tidak
ada
|
Tali
pusat
|
Terjulur
sebagian
|
Terjulur
|
Tidak
terjulur
|
Ostium
uteri
|
Terbuka
|
Kontriksi
|
Terbuka
|
Separasi
plasenta
|
Lepas
sebagian
|
Sudah
lepas
|
Melekat
seluruhnya
|
Syok
|
sering
|
jarang
|
Jarang
sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat
|
c)
Manual plasenta
Manual
plasenta adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual( menggunakan
tangan) dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari cavum
uteri.
d)
Indikasi manual plasenta
e)
Prosedur manual plasenta
a. Pasang set dan cairan infus.
b. Jelaskan pada ibu prosedur dan tinjauan
tindakan.
c. Lakukan anastesia verbal atau analgesia
per rektal.
d. Siapakan dan jalankan prosedur
pencegahan infeksi.
Tindakan
penetrasi kedalam cavum uteri:
1. Pastikan kandung kemih tidak penuh.
2. Jepit tali pusat dengan klem jarak 5-10
cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai.
3. Secara obstetrik, masukan tangan lainnya
( punggung tangan menghadap kebawah) kedalam vagina dengan menulusuri sisi
bawah tali pusat.
4. Setelah mencapai bukaan seriviks, minta
seorang asisten/penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian
pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri.
5. Sambil menahan fundus uteri, masukan
tangan dalam hingga ke cavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
6. Bentangkan tangan obstetrik menjadi
datar seperti memberi salam ( ibu jari
merapat ke jari
telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).
Melepas
plasenta dari dinding uterus
7.
Tentukan
inplantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah.
-
Bila
sisi plasenta berimplantasi dikorpus belakang, tali pusat tetap disebelah atas
dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana
punggung tangan menghadap kebawah ( posterior ibu).
-
Bila
dikorpus depan maka pindahkan tangan kesebelah atas tali pusat dan sisipkan
ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding dimana punggung tangan
menghadap keatas ( anterior ibu).
8.
Setelah
ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding,uterus maka perluas pelepasan
plasenta dengan jalan menggeser tangan kekanan dan kiri sambil digeserkan
keatas ( cranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding
uterus.
9.
Bila
plasenta tepi tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama tinggi
dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena hal itu
menunjukan plasenta inkerta ( tertanam dalam miometrium).
10.
Bila
hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian lainnya
melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut adalah
plasenta akreta. Untuk keadaan ini sebaiknya ibu diberi uterotonika tambahan (
misoprostol 600mcg per rectal) sebelum dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan.
Mengeluarkan
plasenta:
1.
Sementara
satu tangan masih didalam cavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak
ada sisa plasenta yang teringgal.
2.
Pindahkan
tangan luar dari fundus kesupra sympisis ( tahan segmen bawah uterus) kemudian
intruksikan assisten /penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam
membawa plasenta keluar ( hindari terjadinya percikan darah).
3.
Lakukan
penekanan ( dengan tangan yang menahan supra sympisis) uterus kearah
doro-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta didalam wadah
yang telah disediakan.
Pencegahan
infeksi pasca tindakan
1. Dekontaminasi sarung tangan ( sebelum
dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan.
2. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan
peralatan lainnya didalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
3. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
yang mengalir.
4. Keringkan tangan dengan handuk bersih
dan kering.
Pemantauan
pasca tindakan
1. Periksa kembali tanda vital ibu.
2. Catat kondisi ibu dan buat laporan
tindakan.
3. Tuliskan rencana pengobatan, tindakan
yang masih diperlukan dan asuhan tinjauan.
4. Beritahukan pada ibu dan keluarganya
bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memrlukan pemantauan dan asuhan
lanjutan.
5. Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam
pasca tindakan sebelum dipindahkan keruang gawat gabung.
DAFTAR PUSTAKA
1. Armawan,edwin.2013.Asuhan persalinan dan
bayi baru lahir : jakarta.CV. TRANS INFO MEDIA
2. Sastrawinata,sulaiman.dkk.2004.Obstetri
patologi ilmu kesehatan reproduksi.EGC
3. T Anasari, A Khotijah - Jurnal Bidan
Prada, 2014 - ojs.akbidylpp.ac.id
4.
Adriaanszs,geogre.dkk.2009.buku
acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.PT.bina pustaka
sarwono prawirohardjo.. jakarta : tridasa printer