Minggu, 01 November 2015

Retensio plasenta




Retensio plasenta

a)      Definisi

 Retensio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan pada ibu bersalin. Retensio plasenta pada ibu bersalin dapat dipengaruhi oleh usia dan paritas ibu. Usia yang dapat berisiko mengalami retensio plasenta adalah kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Sedangkan paritas yang dapat berisiko mengalami retensio plasenta adalah grandemultigravida. Menganalisis hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin di RSUD Banjarnegara Tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan case control. Populasi penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang mengalami retensio plasenta dan ibu bersalin normal. Sampel kasus sebanyak 92 ibu bersalin dengan retensio plasenta, sedangkan sampel kontrolnya adalah 92 ibu bersalin tidak retensio plasenta. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Metode analisa data menggunakan uji Chi Square. Usia ibu bersalin sebagian besar tidak beresiko sebanyak 124 orang (67,4%). Paritas ibu bersalin sebagian besar tidak beresiko sebanyak 172 orang (93,5%). Ada hubungan antara usia dengan kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin di RSUD Banjarnegara Tahun 2011 (p = 0,028). Ada hubungan antara paritas dengan kejadian retensio placenta pada ibu bersalin di RSUD Banjarnegara Tahun 2011 (p = 0,017).

b)     Etiologi

1.      Fungsional:
a.       His kurang kuat(penyebab terpenting)
b.      Plasenta sukar terlepas karena tempatnya( insersi disudut tuba);bentuknya (plasenta membranasea,plasenta anularis); dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil),
Plasenta yang sukar lepas karena penyebab diatas disebut plasenta adhesiva.

2.      Patologi-anatomi
a.       Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
b.      Plasenta inkerta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki miometrium.
c.       Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
d.      Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis
e.       Plasenta inkarsereta adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

    Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta

Gejala
Separasi/akreta parsial
Plasenta inkarsereta
Plasenta akreta
Konsistensi uterus
Kenyal
Keras
Cukup
Tinggi fundus
Sepusat
2 jari bawah pusat
Sepusat
Bentuk uterus
Diskoid
Agak globuler
Diskoid
Perdarahan
Sedang-banyak
Sedang
Sedikit/tidak ada
Tali pusat
Terjulur sebagian
Terjulur
Tidak terjulur
Ostium uteri
Terbuka
Kontriksi
Terbuka
Separasi plasenta
Lepas sebagian
Sudah lepas
Melekat seluruhnya
Syok
sering
jarang
Jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat



c)      Manual plasenta
Manual plasenta adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual( menggunakan tangan) dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari cavum uteri.
d)     Indikasi manual plasenta
e)      Prosedur manual plasenta
a.       Pasang set dan cairan infus.
b.      Jelaskan pada ibu prosedur dan tinjauan tindakan.
c.       Lakukan anastesia verbal atau analgesia per rektal.
d.      Siapakan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi.

Tindakan penetrasi kedalam cavum uteri:
1.      Pastikan kandung kemih tidak penuh.
2.      Jepit tali pusat dengan klem jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai.
3.      Secara obstetrik, masukan tangan lainnya ( punggung tangan menghadap kebawah) kedalam vagina dengan menulusuri sisi bawah tali pusat.
4.      Setelah mencapai bukaan seriviks, minta seorang asisten/penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri.
5.      Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan dalam hingga ke cavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
6.      Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam ( ibu jari
merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).

Melepas plasenta dari dinding uterus
7.      Tentukan inplantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah.
-          Bila sisi plasenta berimplantasi dikorpus belakang, tali pusat tetap disebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap kebawah ( posterior ibu).
-          Bila dikorpus depan maka pindahkan tangan kesebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding dimana punggung tangan menghadap keatas ( anterior ibu).
8.      Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding,uterus maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan kekanan dan kiri sambil digeserkan keatas ( cranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
9.      Bila plasenta tepi tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena hal itu menunjukan plasenta inkerta ( tertanam dalam miometrium).
10.  Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan ini sebaiknya ibu diberi uterotonika tambahan ( misoprostol 600mcg per rectal) sebelum dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan.

Mengeluarkan plasenta:
1.      Sementara satu tangan masih didalam cavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang teringgal.
2.      Pindahkan tangan luar dari fundus kesupra sympisis ( tahan segmen bawah uterus) kemudian intruksikan assisten /penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar ( hindari terjadinya percikan darah).
3.      Lakukan penekanan ( dengan tangan yang menahan supra sympisis) uterus kearah doro-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta didalam wadah yang telah disediakan.








Pencegahan infeksi pasca tindakan
1.      Dekontaminasi sarung tangan ( sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan.
2.      Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya didalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
3.      Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
4.      Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering.


Pemantauan pasca tindakan
1.      Periksa kembali tanda vital ibu.
2.      Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan.
3.      Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan tinjauan.
4.      Beritahukan pada ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memrlukan pemantauan dan asuhan lanjutan.
5.      Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum dipindahkan keruang gawat gabung.
 
DAFTAR PUSTAKA

1.      Armawan,edwin.2013.Asuhan persalinan dan bayi baru lahir : jakarta.CV. TRANS INFO MEDIA
2.      Sastrawinata,sulaiman.dkk.2004.Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi.EGC
3.      T Anasari, A Khotijah - Jurnal Bidan Prada, 2014 - ojs.akbidylpp.ac.id
4.      Adriaanszs,geogre.dkk.2009.buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.PT.bina pustaka sarwono prawirohardjo.. jakarta : tridasa printer

1 komentar:

  1. Sudah cukup bagus, tetapi harus lebih banyak baca dan menulis lagi supaya bisa lebih baik lagi ya dek, juga hindari plagiat supaya kamu lebih pintar dengan cara yang benar. Nanti kita sama-sama belajar bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang benar. God bless

    BalasHapus